A. Pengertian
Istilah klimakterium
berasal dari kata Yunani yang berarti “anak tangga” dan mengandung hubungan
yang sama dengan menopause seperti istilah pubertas dengan menarche.
Klimakterium merujuk pada waktu dalam kehidupan seorang wanita yang dikenal
kaum awam sebagai “perubahan hidup”. Klimakterium adalah masa yang bermula dari
tahap reproduksi sampai berakhir pada awal senium, yaitu pada wanita berumur 40
– 65 tahun. Masa klimakterium ditandai dengan berbagai macam keluhan
endokrinologi dan vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh
menurunnya fungsi ovarium. Gejala dari menurunnya fungsi ovarium ini ditandai
dengan hentinya menstruasi pada seorang wanita yang disebut menopause.
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa
reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
Masa-masa klimakterium :
1.
Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause.
2.
Menopause adalah Menopause adalah
berhentinya secara fisiologi siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat
lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama
sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar
merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu. Menopause
kadang-kadang disebut sebagai perubahan
kehidupan.
Ø
Tanda dan gejela menopause mempunyai
ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun
karena perubahan psikologis.
Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan
kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium
menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan
reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami
berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal.
Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap
menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon,
tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara
tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika
menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium (Proverawati, 2009).
Ø Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause
·
Ketidakteraturan siklus haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina
tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause.
Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan
berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan.
·
Gejolak rasa panas (hot flash)
Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para
wanita ketika mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki
menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar
keseluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala.
Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan
berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa
menit. Hal ini disebabkan karena hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH
(Leutenizing Hormone). Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen.
Seperti diketahui, pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah
menurun drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan
mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat
thermoregulasi dan neuron pelepas LH.
Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi
misteri. Belum ada hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas
terkadang terjadi bahkan sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala
ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita ini
biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga
berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Hal yang
menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan di tubuhnya, juga
keluarnya keringat pada malam hari. Hal ini menjadikan tidur terasa tidak
nyaman.
Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan
diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 %
penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian
estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam meredakan
keluhan hot flushes pada 90 % kasus.
·
Keluar keringat di malam hari
Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot
flushes. Semua wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat
ringan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa
seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan
disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini tidak
membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi
tidak pernah disertai rasa sakit.
·
Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang
terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis.
Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul
rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat
berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause
biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga
kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit
sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis.
Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing (Angila,
2010).
·
Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit,
ketika mensturasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis
terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan (Hurlock, 2002).
·
Sulit tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu
menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat
berkeringat malam.
·
Perubahan pada mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah
menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi
menjadi lebih mudah tanggal
·
Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses
osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang
paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur. Osteoporosis
paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1% tulang dalam
setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita
kehilangan 2% setahunnya.
·
Badan menjadi gemuk
Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa
letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku
makan yang sembarangan.
Ø Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause
(Angila, 2010)
·
Ingatan menurun
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,
namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.
·
Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di
khawatirkan.
·
Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan
kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang
sebelumnya dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya
menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang
berlangsung dalam dirinya.
·
Stress
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa
was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis,
respon orang erhadap sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana
perbedaan suasana hati dan emosi.
·
Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih,
karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan
kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita
merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.
3.
Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah
menopause.
B. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita
terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis
pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid
seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada hipofise.
C. Patofiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi
antara hipotalamus – hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum .
Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan
balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan
LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya
adalah FSH.
D. Manifestasi Klinik
1.
Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti
oligomenore, polimenore, dan hipermenore.
2.
Gangguan nerovegetatif : gejolak panas ( hotflushes),
keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan
darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ).
3.
Gangguan psikis : mudah tersinggung, lekas lelah, semangat
berkurang, susah tidur.
4.
Gangguan organik : infark miokard aterosklerosis,
osteosklerosis, osteoporosi, afipositas, kolpitis, disuria, dispareumia
artritis, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan
gangguan libido.
E.
Diagnosis
1.
Umur dan gejala-gejala yang timbul.
2.
FSH dan LH ( FSH = 10-12 x, LH 5-10 x / estrogen rendah ).
3.
Kalsium, kolesterol.
4.
Foto tulang lumbal I.
5.
Sitologi ( Pap Smear ).
6.
Biopsi endometrium.
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
tahunan terhadap wanita yang sedang berada pada masa klimakterium harus
mencakup hal-hal yang penting seperti :
·
Tinggi badan, wanita mungkin akan kehilangan tinggi badan
sebanyak 2,5 cm atau lebih. Sewaktu mengukur tinggi badan merupakan kesempatan
untuk mendiskusikan postur, pergerakan tubuh, latihan dan osteoporosis.
·
Kulit, evaluasi terhadap integritas, luka dan perubahan pada
tahi lalat.
·
Mulut, gigi dan gusi.
·
Pemeriksaan panggul, dengan perhatian terhadap perubahan
yang menyertai proses penuaan ; spekulum Pederson mungkin optimal untuk wanita
paska menopause.
·
Rektum : periksa adanya keanehan pada darah, adanya massa dan
fisura-fisura.
G. Penatalaksanaan
1. Sedatif, psikofarma.
2. Psikoterapi.
3. Balneoterapi ( diet ).
4. Hormonal. Sindrom klimakterium
terjadi akibat kekurangan estrogen maka pengobatan yang tepat adalah pemberian
estrogen.
a. Syarat minimal sebelum pemberian
estrogen dimulai :
·
Tekanan darah tidak boleh tinggi.
·
Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.
·
Besar uretus normal ( tidak ada mioma uerus ).
·
Tidak ada varises di ekstremitas bawah.
·
Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.
·
Kelenjar tiroid normal.
·
Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida,
kalsium, fungsi hati.
·
Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes
militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam.
b. Kontra Indikasi Pemberian Estrogen
· Troboemboli, penderita penyakit
hati, kolelitiasis.
· Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu
gangguan sekresi bilirubin konjugasi.
· Riwayat ikterus dalam kehamilan.
· Kanker endometrium, kanker payudara,
riwayat gangguan penglihatan, anemia berat.
· Varises berat, tromboflebitis.
· Penyakit ginjal.
c. Persyaratan dalam Pemberian Estrogen
1. Mulailah dengan menggunakan
estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis rendah yang efektif.
2. Pemberian secara siklik.
3. Diusahakan kombinasi degan
progesteron ( bila digunakan estrogen lain seperti etinil estradiol maupun
estrogen konjugasi ).
4. Perlu pengawasan ketat (
setiap 6-12 bulan ).
5. Bila terjadi perdarahan atipik perlu
dilakukan kuretase.
6. Keluhan nyeri dada, hipertensi
kronik, hiperlipidemia, diabetesmelitus, terlebih dahulu konsul ke bagian
penyakit dalam.
d. Yang perlu diketahui:
·
Tidak semua keluhan dapat dihilangkan dengan pemberian
estrogen.
·
Pelajari faktor-faktor yang menimbulkan keluhan (
faktor psikis, sosial budaya, atau hanya memang terdapat kekurangan estrogen )
·
Atasi keluhan emosi dan faktor penyebab.
e. Efek samping pemberian estrogen :
1.
Perdarahan bercak.
2.
Perdarahan banyak ( atipik ).
3.
Mual.
4.
Sakit kepala.
5.
Pruritus berat.
H. Faktor Resiko
Adipositas, diabetesmelitus,
hipertensi, anovulasi, infertilitas, perokok, alkoholisme, hiperlipidemia.
Faktor yang mempengaruhi gejala
perimenopause adalah :
1. Genetik, usia menarche mempengaruhi
cepat lambatnya terjadi menopause.
2. Nutrisi ( kolesterol, kalsium,
fosfat , vitamin ).
3. Kadar hormon estrogen.
4. Kebiasaan hidup ( olahraga, minum
teh, kopi, minum alkohol, perokok ).
5. Tingkat pendidikan dan status
ekonomi.
6. Pengangkatan kedua ovarium.
I. Pencegahan Terhadap Sindrom
Klimakterium
1.
Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup
vitamin A, C, D, E dan cukup serat ).
2.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen : a.
Isiflavon, terdapat pada kacang-kacangan, b. Lignan; terdapat pada padi, sereal
dan sayur-sayuran, c. Caumestran ; terdapat pada daun semanggi. Mengkonsumsi
makanan dengan kadar gula rendah dan tidak berlebihan.
3.
Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D.
DAFTAR PUSTAKA
Lestary,Dwi.2010.Seluk Beluk
Menopause.Yogyakarta:Garailmu
Proverawati,Atikah.2010.Menopause
dan Sindrome Premenopause.Yogyakarta:Nuha medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar