Rabu, 29 Mei 2013

Adneksitis



A.           Pengertian Adneksitis
Salpingo-ooforitis atau Adneksitis adalah peradangan tuba falloppi dan ovarium yang biasanya terjadi secara bersamaan.Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vagina lawat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya. Rasa nyeritersebut timbul karena disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan peradangan distruktur  tuba  falopi  dan  sekitarnya,  bahkan  sampai  ovarium  (indung  telur).Jenis-jenis  bakteri  yang  menyebabkan  rasa  nyeri  tersebut  sangatlah  banyak,diantaranya adalah Baktery Gonorrhea dan Bakteri Chlmydia.

B.       Etiologi
Sebab-sebab paling banyak terdapat yaitu pada infeksi gonorea, infeksi purpural, dan postbortum. Kira-kira 10%  infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan ( kerokan, laparatomi, pemasangan IUD dan sebagainya ) dan perluasan radang tidak jauh dari alat yang letaknya tidak jauh dari appendiks.

C.       Klasifikasi
1.         Salpingo-ooforitis akut
Salpingo-ooforitis akut disebabkan oleh gonorea sampai ke tuba sampai uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak odem serta  hyperemia dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih utuh tapi pada infeksi yang berat kelihatan degenerasi epitel yang  kemudian menghilang dari daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini terdapat eksudut purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan disekitarnya ( peritonitis pelvika ).

Salpingitis akuta piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan, seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ), stafilococcus, E.coli, Klostridium welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvic.Di sini timbul salpingitis interstisialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkaninfiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali normal.Hali ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, di mana radang terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.Dalam hubungan ini, dalam salpingitis piogenik kemungkinan lebih besar bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Ovarium biasanya ikut dalam salpingitis.Kadang-kadang ovarium tidak ikut meradang, sebaliknya biarpun jarang bisa terjadi radang terbatas pada ovarium, bahlan bisa terjadi abses ovarium.

2.        Salpingo-ooforitis kronika
Dapat dibedakan menjadi :
a.    Hidrosalping.
Terdapat penutupan ostium tuba abdominalis.Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba.Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping folikularis.Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan kecil.
b.    Piosalping
Dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah.Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan di sekitarnya.
c.    Salpingitis interstisial kronika
Pada salpingitis interstisial kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit-sedikit di tengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan dengan jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus.
d.   Kista tubo-ovarial, pada kista tubo ovarial
Hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo-ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.
e.    Abses ovarial
Abses ovarium yang terdapat sendiri, dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.

f.     Salpingitis tuberculosis
Bagian penting dari tuberculosis genitalia.

D.      Gejala
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa didahului oleh gejala :
 Panas
 Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
 Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit pinggang
 Leukorea
 Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
 Penderita sering mengeluh dispareuni
 Infertilitas
 Disminorroe
Pada Adnexitis yang terjadi berulang-ulang maka bias mempengaruhi fertilitas,karena liang tuba falopi rusak dan tersumbat. Ada juga yang mengatakan AdnexitisBilateral yakni penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita sebelah kanan atau kiri,hal ini disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk melalui saluran vagina)
Gambaran klinis salpingo-ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri di sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat pada kedua adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan.Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata. Suhu dan leukositosis juga tidak seberapa tinggi.Ruptur tuba pada kehamian ektopik terganggu disertai dengan gejala-gejala yangmendadak, sangat nyeri, dan anemi. Umumnya peristiwa ini tidak  menimbulkan banyak kesukaran dalam diagnosis diferensial. Yang lebih sulit ialah diagnosis abortus tuba.Umumnya pada abortus tuba suhu tidak naik atau hanya naik sedikit, dan leukositosi juga tidak seberapa tinggi.
Gejala-gejala salpingo-ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang.Leukorea sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronika.Haid umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur.Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.

E.     Terapi
Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotik dengan spektrum luas.Jika keadaan sudah tenang, dapat terapi diatermi dalam beberapa hari dan penderita dinasihatkan agar tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat.Dengan terapi ini, biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita sering kali hilang atau sangat berkurang.Sudah tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat menghilang sama sekali.
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi untuk terapi ini ialah:
à   Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari
à   Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang
à   Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan hidrosalping, piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya
à   Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubungan dengan perlekatan yang erat antara tuba/ovarium dengan uterus, omentum dan usus.Yang member harapan terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral.Akan tetapi hal ini hanya dapat dilakukan oleh wanita yang mendekati masa menopause.Pada wanita lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan. Kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan adneksa dengan kelainan  nyata yang diangkat. Jika operasi dilakukan atas infertilitas, maka tujuannya adalah mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali.Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan IVF.


F.      Diagnosa Differensial :
ü  Appendicitis akut
ü  Pielitis akut
ü  Torsi adnexa
ü  KET

G.    Bagaimana pencegahan dari adneksitis itu sendiri ??
ü  Hindari Sex Bebas (Free Sex)
ü  Mandi atau bersihkan diri apabila anda ingin melakukan Hubungan Sexualdengan Suami anda,
ü  Jangan melakukan hubungan sexsual dengan suami anda secara kasar, yangbisa menyebabkan lecet dan infeksi pada vagina anda

H.      Pencegahan
·      Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi infeksi nifas. Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
·      Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
·      Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat, pengunjun pada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang berhubungan dengan genitalia harus suci hama



II.            Peritonitis
ANATOMI
Peritoneum adalah lapisan serosa yang paling besar dan paling komleks yang terdapat dalam tubuh. Membran serosa tersebut membentuk suatu kantung tertutup( coelom) dengan batas-batas:  dan lateral : permukaan bagian dalam dinding abdomen, posterior : retroperitonium, inferior : struktur ekstraperitonial di pelvis, superior : bagian bawah dari diafragma.
Peritoneum terbagi atas peritoneum parietal dan visceral. Disini peritoneum sebagai penghubung yaitu mesenterium , mesogastrim, mesocolon, mesosigmidem, mesosalphink.

A.           Pengertian peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum) lapisan membran serosa rongga abdomen dan dinding perut sebelah dalam.Peradangan ini merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya, apendisitis, salpingitis), ruptur saluran cerna atau dari luka tembus abdomen.

B.            Penyebab peritonitis
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat).Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (lokal).Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis(SBP) akibat penyakit hati yang kronik.SBP terjadi bukan karena infeksi intra abdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuluh limfeme senterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran hematogen jika telah terjadi bakteremia. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. 90% kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba. Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif, yakni 40% Eschericiacoli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas, Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram positif, yakni Streptococcuspneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcussebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung infeksi campur beberapa mikroorganisme.Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi apendisitis,perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat divertikulitis,volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.
Peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan olehperforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasibakteri rongga peritoneal.Spektrum patogen infeksius tergantung penyebabasalnya.Berbeda dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakterigram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.Pada pasien dengansupresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gramnegatif.Kontaminasi kolon, terutama dari bagian distal, dapat melepaskan ratusanbakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan mengandung polimikroba,mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang didominasi organismegram negatif.Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami SBP akanmengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang lengkap,penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan diperlukan untukmenegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk pasien seperti ini.
Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelahmendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukanberasal dari kelainan organ.Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul absesatau flegmon, dengan atau tanpa fistula.Peritonitis tersier timbul lebih sering adapasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yangimunokompromais.
Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah:
à   Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkanperitonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu atau usus buntu.Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidakberlangsung terus menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneumcenderung mengalami penyembuhan bila diobati.
à   Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual
à   Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia)
à   Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites)dan mengalami infeksi
à   Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandungempedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapatmemindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selamapembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
à   Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis.Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalamperut.
à   Iritasi tanpa infeksi; Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) ataububuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.

C.            Tanda dan gejala
Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis : demam, perut bawah nyeri, keadaan umum tetap baik, pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan, ibu dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis.
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermi, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maksimum ditempat tertentu sebagai tempat infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum

D.           Diagnosa medik
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus,nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnyatrauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik),penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri.Gas bebas yang terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi. Kadang-kadang sebuah jarum digunakan untuk mengeluarkan cairan darirongga perut, yang akan diperiksa di laboratorium, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan memeriksa kepekaannya terhadap berbagai antibiotika.Pembedahan eksplorasi merupakan teknik diagnostik yang paling dapat dipercaya

E.            Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis.Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena sejumlahbesar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritonealdan menurunkan cairan ke dalam ruang vaskuler.Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.Antiemetik dapat diberikan sebagaiterapi untuk mual dan muntah.Intubasi usus dan pengisapan membantu dalammenghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus.Cairan dalamrongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru danmenyebabkan distress pernapasan. Terapi oksigen dengan kanula nasal ataumasker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadangintubasi jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan. Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaikipenyebab.Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapatapendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki pada ulkuspeptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase pada abses.Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul padawanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yangtepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan.Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihantindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif,namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif disbanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehinggahasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasiperadangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulumperadangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman

III.        Salpingitis
A.          Pengertian Salpingitis
                                                  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGxzmQWstX3EfQHBd7ueTCn7_Fqw-0A6tLvCP9AfjtuvW_yMLBlwv4jHzMUsP1AcFPvEFeL1WLiGZaKAHqr1tvbMJWawqVZwW2XH1bgTZo1wTrlUyrq3zT_31gXAX3s5Qv1m3crGsgATrw/s1600/salpingi.jpg

Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba, dipicu oleh infeksi bakteri. Salpingitis kadang-kadang disebut penyakit radang panggul (PID). Ini istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem reproduksi wanita, termasuk rahim dan ovarium. Hampir semua kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang meminta tambahan sekresi cairan atau bahkan nanah untuk mengumpulkan dalam tuba falopi. Infeksi dari salah satu tabung biasanya menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.
Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita. Tanpa perawatan yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur setiap siklus menstruasi dilepaskan tidak dapat bertemu dengan sperma. Pilihan pengobatan termasuk antibiotik.
Salpingitis biasanya dikategorikan sebagai baik akut atau kronis. Dalam salpingitis akut, tuba falopii menjadi merah dan bengkak dan mengeluarkan cairan ekstra sehingga dinding abgian dalam tabung sering tetap bersatu. Tabung juga dapat tetap berpegang pada struktur terdekat seperti usus. Kadang-kadang, tabung fallopi bisa mengisi dan mengasapi dengan nanah. Dalam kasus yang jarang terjadi, pecah tabung dan menyebabkan infeksi berbahaya rongga perut (peritonitis). Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut. Infeksi ini lebih ringan, lebih tahan lama dan tidak mungkin menghasilkan banyak gejala yang nyata.

B.                Klasifikasi
*   Salpingitis Akut:
Dalam salpingitis akut, saluran tuba menjadi merah dan bengkak, dan cairan ekstra mengeluarkan sehingga dinding bagian dalam tabung sering tetap bersatu.Tabung juga dapat tetap berpegang pada struktur terdekat seperti usus. Kadang-kadang, tabung fallopi dapat mengisi dan mengasapi dngan nanah.Dalam kasus yang jarang terjadi, tabung pecah dan menyebabkan infeksi berbahaya dari rongga perut (peritonitis).
Gejala Salpingitis Akut:
         Demam
         Nyeri hebat di bagian perut bawah
         Nyeri perut makin hebat saat batuk, bersin
         Nyeri perut makin hebat saat pipis, buang air besar
*   Salpingitis Kronis
Salpingitis Kronis : Biasa nyamengikuti gejala akut. Infeksi terjadi ringan, dalam waktu yang panjang dan tidak menunjukan banyak tanda dan gejala. (Prawirohardjo, 2007Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut. Infeksi ini lebih ringan, lebih tahan lama dan tidak dapat menghasilkan gejala terlihat banyak.
Gejala salpingitis kronik (menahun):
         Sering nyeri perut bawah
         Sering sakit punggung bawah
         Nyerip adasaat berhubungan seksual
         Nyeri pada saat buang air besar/kecil
         Sering demam ringan
         Saat menstruasi banyak darah yg keluar
         Lamanya nyeri makin lama makinbertambah
         Bau tidak sedapdari vagina

C.                Diagnosis salpingitis dilakukan dengan :
         Pemeriksaan pelvis
         Kultur swab cervix
         Laparoscopy
         Kultur swab darilaparoscopy
Dapat terjadi kesalahan diagnosis salpingitis dengan beberapa penyakit yang memiliki gejala hampir sama seperti :
         Ususbuntu
         Hamildiluarkandungan
         Radangpanggul
         Salpingo-ooporitis
         Septic abortion
         Kistaovariumkoyak
         Abses di tuba ovary
         Degenerasileipmyoma
         Diverticulitis
         Cystitis
         Tuberculoussalpingitis
Jenis umum dari bakteri yang menyebabkan salpingitis adalah: Mycoplasma, Staphylococcus, dan Streptococcus. Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia

D.                Gejala Salpingitis
Dalam kasus lebih ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini berarti saluran tuba dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadarinya ia terinfeksi.
Gejala-gejala salpingitis meliputi:
*   Nyeri abdomen di kedua sisi
*   Sakit punggung
*   Sering buang air kecil
*   Gejala-gejala biasanya muncul setelah periode menstruasi
*   Demam tinggi dengan menggigil
*   Nyeri perut Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak biasa atau bau
*   Dismenorea
*   Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan
*   kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan
*   Defense kanan dan kiri atas ligamen pourpart
*   Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum
*   Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rektum dan sigmoid
*   Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan yterus, kadang-kandang ada penebalan dari tuba.
*   Nyeri saat ovulasi

E.                 Penyebab dan patofisiologi
Infeksi biasanya berasal di vagina, dan naik ke tabung falopi dari sana. Karena infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada satu tabung fallopi biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Paling sering disebabkan oleh gonococcus, di samping itu oleh staphilokokus, streptokokus dan bacteri tbc.
Infeksi ini dapat terjadi sebagai berikut :
*      Naik dari cavum uteri
*      Menjalar dari alat yang berdekatan sepert dari apendiks yang meradang Haematogen terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral.Bakteri dapat diperkenalkan dalam berbagai cara, termasuk:
* Hubungan seksual
* Penyisipan sebuah IUD (perangkat intra-uterus)
* Keguguran
* Aborsi
* Melahirkan
* Apendisitis

F.                 Komplikasi
·         Infeksi indung telur dan rahim
·         Infeksi pada pasangan seks
·         Suatu abses pada ovarium
·         Infeksi lebih lanjut - infeksi bisa menyebar ke struktur di dekatnya, seperti indung telur atau rahim.
·         Infeksi pada pasangan seks - pasangan wanita atau mitra dapat kontrak bakteri dan terinfeksi juga.
·         Abses Tubo-ovarium - sekitar 15 persen wanita dengan salpingitis mengembangkan  abses, yang memerlukan rawat inap.
·          Kehamilan ektopik - tabung fallopi diblokir mencegah telur dibuahi dari memasuki rahim. Embrio kemudian mulai tumbuh di dalam ruang terbatas tabung falopi. Risiko kehamilan ektopik bagi wanita dengan salpingitis sebelumnya atau bentuk lain penyakit radang panggul (PID) adalah sekitar satu dari 20.
·         Infertilitas - tuba fallopi dapat menjadi cacat atau bekas luka sedemikian rupa sehingga telur dan sperma tidak dapat bertemu. Setelah satu bout dari salpingitis atau PID lainnya
Untuk rawat inap, perlu terpengaruh 20%. Mengenai pasien yang berusia 15-44 tahun, 0,29 per 100.000 meninggal dari salpingitis. Namun, salpingitis juga dapat menyebabkan infertilitas, karena telur dirilis pada ovulasi tidak bisa kontak dengan sperma. Sekitar 75,000-225,000 kasus infertilitas di Amerika Serikat disebabkan oleh salpingitis. Kali lagi satu memiliki infeksi, semakin besar risiko infertilitas. Dengan satu episode salpingitis, risiko infertilitas adalah 8-17%. Dengan 3 episode salpingitis, risikonya 40-60%, walaupun risiko yang tepat tergantung pada tingkat keparahan dari setiap episode. Selain itu, saluran telur yang rusak meningkatkan risiko kehamilan ektopik . Dengan demikian, jika seseorang memiliki salpingitis, risiko kehamilan ektopik adalah menjadi 7 - sampai 10 kali lipat lebih besar. Setengah dari kehamilan ektopik adalah karena infeksi salpingitis.



G.                Diagnosis banding
Kehamilan ektopik, tidak ada demam, KED tidak tinggi, dan leokositose tidak seberapa. Kalau test kehamilan positif, maka adneksitis dapat dikesampingkan, tapi kalau negatif keduanya mungkin.
Apendiksitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi (Mc burney)
Salpingitis menjalar ke ovarium hingga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adneksitis.

H.                Gambaran Klinis
*      Nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral
*      Kadang pendarahan diluar siklus dan secret di vagina
*      Nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai nyeri pergerakan serviks

I.                   Penatalaksanaan
.    PenangananSalpingitis:
         Dirawat di rumah sakit
         Diberi antibiotic
         Antibiotic intravena
         Drainase dengan pembedahan untuk mengeluarkan pus ataucairan
         Pengangkatan tuba falopii
*   Antibiotik untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85% dari kasus. Perawatan di rumah sakit memberikan obat antibiotic melalui intravena (infuse).
*   Pembedahan dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic menyebabkan terjadinya resistan pada bakteri (Prawirohardjo, 2007).
*   Berobat jalan, Jika keadaan umum baik, tidak demam. Berikan antibiotic : Cefotaksitim 2 gr IM atau amoksisilin 3 gr peroral atau ampisilin 3,5 per os atau prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat. Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os, diikuti dengan dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari serta tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari (dekoksisilin dan tetrasiklin tidak digunakan untuk ibu hamil).
*   Tirah baring
Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk.
*   Rawat inap :  Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu.
Untuk menekan kerusakan permanen pada anatomi dan fungsi tuba, pasien dengan salpingitis akut harus diterapi secepat mungkin dan agresif dengan regimen antibiotika yang sesuai. Lakukan kultur terlebih dahulu, tetapi ketahuilah terdapat korelasi yang buruk antara organisme yang ditemukan dari kultur serviks dan yang terdapat serta aktif di dalam tuba. Salpingitis seringkali ditemukan berkaitan dengan organisme polimikroba aerobik dan anaerobik, kemungkinan sebagai patogen sekunder. Pemilihan antibiotik harus melihat hal tersebut. Diskusikan kemungkinan masalah yang terjadi di masa mendatang seperti infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri pelvis kronis, rekurensi, dan pembentukan abses dengan tujuan memberitahukan pasien bahwa ia sangat berperan mengenai keadaannya dan prognosisnya. Dengan cara ini, pasien dapat melakukan tindakan untuk menghindarkan infeksi ulang dan mengetahui serta sadar tentang kemungkinan komplikasi.
Pasien yang menderita salpingitis periodik akhirnya akan timbul kerusakan juga yang tidak dapat diperbaiki lagi dengan penutupan bagian distal dan proksimalnya, sehingga menyebabkan hidrosalping, piosalping, atau abses tubo-ovarium. Pasien perlu diberitahu mengenai keuntungan abstinensia seksual sebagai cara untuk membantu mengoptimalkan penyembuhan atau penggunaan kontrasepsi barier untuk menekan resiko infeksi ulang. Nyeri pelvis yang kronis terutama jika disertai dengan piosalping rekuren, memerlukan intervensi bedah untuk mengangkat organ yang rusak. Waktu yang terbaik untuk pembedahan adalah saat proses inflamasi menghilang secara maksimal di antara rekurensi.
  
J.                   Faktor Resiko
*   Usia
Angka usia spesifik lebih tinggi pada remaja wanita anatar usia 15 sampai 19 tahun.
*   Jumlah pasanan seksual          
Wanita dengan banyak pasangan 4,6 kali cenderung lebih banyak terkena PID.
*   Pasien PID sebelumnya
Pasien dengan PID 2,5 kali cenderung lebih banyak memiliki riwayat PID sebelumnya dari pasien tanpa PID.
*   Remaja
Melakukan hubungan seksual pada usia muda
*   Gonore pria
Pria yang tidak diobati merupakan sumber infeksi berulang dan infeksi baru.
*   Faktor sosioekonomi yang rendah

K.                Komplikasi
Di antara sebab-sebab yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorea dan infeksi puerperal dan post abortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh teberkulosis. Selanjutnya bias timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (kerokan, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Penanganan yang tidak serius, salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi meliputi :
1.   Kehamilan ektopik.
2.   Infeksi yang terjadi didaerah terdekat dengan tuba fallopi, seperti ovarium atau uterus.
3.   Infertilitas.
4.   Menginfeksi orang yang diajak berhubungan seksual.

L.                 Tes Diagnostik
Pemeriksaan umum                 : Suhu biasanya meningkat, Tekanan darah normal, Denyut nadi cepat
Pemeriksaan abdomen            : Nyeri perut bawah, Nyeri lepas, Rigiditas otot, Bising usus menurun, Distensi abdomen
Pemeriksaan inspekulo            : Tampak sekret purulen di ostium serviks
Pemeriksaan laboratorium       : Leukosit cenderung meningkat. Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara cermat untuk membantu membedakan diantara beberapa keadaan yang berbeda yang diwakili oleh gambaran klinis. Tentukan dengan pemeriksaan abdomen apakah terdapat tanda-tanda peritonitis, termasuk difans muskular (infoluntary guarding), nyeri langsung, nyeri alih, dan nyeri lepas, tanda psoas yang positif, dan nyeri pada sudut kostovertebral. Lakukan pemeriksaan pelvis yang cermat dan hati-hati, termasuk pemeriksaan bimanual palpasi rektal dan vaginal, carilah informasi untuk mendapatkan lokasi yang tepat dan sifat proses penyakit, catatlah adanya rasa sakit pada palpasi juga dengan menggerakkam serviks ke satu sisi atau sisi lainnya. Tentukan adanya massa atau penebalan adneksa. Jika ditemukan massa dan konfirmasikan melalui pemeriksaan ultrasonografi, pasien harus diperiksa untuk abses tubo-ovarium dan ditangani dengan tepat.
Lakukan usaha untuk menunjukkan penyebab nyeri pelvis tentukan apakah polanya rekuren, progresif dan berhubungan dengan menstruasi, misalnya, sebagai kemungkinan tanda endometriosis, atau akut, intermiten dan disertai dengan nyeri pinggang dan disuria, yang menggambarkan pielitis, atau urolitiasis. Mungkin sulit untuk membedakan pielonefritis dari salpingitis karena dapat terjadi iritasi uriter jika tuba yang mengalami inflamasi terletak (atau menempel) pada tepi posterior ligamentum latum dimana menyilang uriter. Carilah penjelasan laboratories dengan melakukan sekurangnya hitung darah lengkap, hitung diferensial, laju endap darah, dan urinalisis. Ingatlah bahwa beberapa proses peradangan noninfeksius, seperti nekrosis jaringan avaskular yang berhubungan dengan torsio atau infark adneksa, dapat menyebabkan efek sistemik yang diketahui dari likositosis, pergeseran hitung diferensial, dan peningkatan laju endap darah. Ingatlah juga bahwa  petanda laboratorium untuk infeksi dapat timbul lebih lambat pada kasus salpingitis; petanda tersebut dapat timbul beberapa jam setelah gejala klinis (bahkan beberapa hari), sehingga memberikan banyak keraguan. Konsentrasi serum C-protein fase akut seringkali sangat menolong dalam keadaan ini. Perubahan menstruasi, tanda-tanda yang mengarahkan pada kehamilan, nyeri bahu, atau tenesmus memerlukan pertimbangan yang serius adanya kehamilan ektopik. Lakukan tes kehamilan, lebih disukai pengukuran human chronic gonadotropin (hCG) subunit-beta, dan pemeriksaan ultrasonografi jelas diperlukan pada keadaan ini.

IV.            Pelviksitis
A.                Pengertian pelviksitis
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul.Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).



B.                Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim.Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut.Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

C.                Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
Faktor risiko lainnya adalah:
*      Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
*      Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
*      Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
*      Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
*      Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.




D.                Tanda dan gejala
Diagnosis penyakit radang panggul akut ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan.Dari anamnesis didapatkan demam tinggi, sakit kepala, malaise, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, sekret vagina yang purulens, dan sering terjadi setalah haid, riwayat pemakaian AKDR.
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul.Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan mempengaruhi tuba fallopii. Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan terisi cairan.Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok.Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

E.                 Klasifikasi pelviksitis
Klasifikasi pelviksitis antara lain :
1.         Penyakit radang panggul akut
Diagnosis penyakit radang panggul akut ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan.Dari anamnesis di dapatkan demam tinggi, sakit kepala, malaise, nyeri perut bagian bawah, dan daerah panggul, sekret vagina yang purulens, dan sering terjadi setelah haid, riwayat pemakaian AKDR. Sedangkan dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan perut bagian bawah , nyeri tekan dan nyeri goyang genetalia interna (unilateral dan bilateral), mungkin pula teraba massa dengan fluktuasi, ada kenaikian suhu.
2.         Penyakit radang panggul rekurens atau kronik
Penyakit radang panggul dikatakan rekurens bila terjadi reinfeksi yang sifatnya akut dan kronik bila relatif asimtomatik atau terdapat nyeri panggul kronik selama lebih dari 6 bulan.
Dari anamnesis, penyakit radang panggul rekurens atau kronik ditegakkan denganadanya perdarahan, dismenore, riwayat adneksitis akut atau infeksi panggul lainnya, infeksi pascapersalinan atupun pascaabortus, dispareuni, dan infertilitas. Cari kelainan saluran cerna (konstipasi, diare), muskuloskeletal (trauma, eksaserbasi dengan perubahan posisi), dan urologi (urgensi, nokturia, disuria). Sedangkan dari pemeriksaan dapat ditemukan subfebris, takikardi, nyeri goyang genetalia interna dan dapat teraba massa pada daerah adneksa ataupun parametrium, terdapat kaku di daerah adneksa, mungkin pula teraba massa.

F.                 Diagnosa Pelviksitis
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan:
*   Pemeriksaan darah lengkap
*   Pemeriksaan cairan dari serviks
*   Kuldosintesi   
*   Laparaskopi
*   USG panggul

G.                Komplikasi
Komplikasi penyakit radang panggul adalah sebagai berikut :
*   Infretilitas
*   nyeri pelvis kronis.

H.                Pencegahan pelviksitis
Pencegahan PID tergantung pertama pengawasan infeksi gonokokus  dan klamidial yang efektif. Metode yang efektif meliputi penyuluhan perubahan perilaku seksual dan penggunaan kontrasepsi penghalang sementara menyediakan metode pemeriksaan yang modern untuk menegakan diagnosis dan memberikan pengobatan yang efektif terhadap mitra seksual untuk mengendalikan penyebaran yang lebih jauh.Penurunan popularitas alat dalam rahim, terutama pada perempuan yang belum pernah melahirkan, tidak diragukan lagi dapat menolong menurunkan insidensi PID.Juga mungkin, tapi belum terbukti, bahwa penggunaan kontrasepsi oral dan penghindaran pencucian vagina dapat mengurangi PID.
Komplikasi salvingitis dapat diperkecil diagnosi dan pengobatan awal secara dini.Tampaknya masuk akal, tetapi belum terbukti, bahwa terapi spectrum lebar yang efektif melawan semua penyebab PID. Yang umum akan memberikan hasil terbaik. Demikian juga, perawatan dirumah sakit untuk menjamin istirahat dan ketaatan yang memadai dapat memperbaiki prognosis funsi tuba jangka panjang yang buruk.Sebuah penelitian dengan pembanding placebo menunjukan bahwa memberikan terapi bersama dengan obat anti radang seperti prednisolon mempercapat penurunan peradangan akut tapi tidak memperbaiki hasil akhir yang diukur dengan fertilitas, penemuan histerosalpingodrafi, atau nyeri kronik. Namun, nilai potensial terapi anti radang masih harus dievaluasi lebih jauh




















DAFTAR PUSTAKA

Syafudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: ECG

 MamasHealth.com.. http://www.mamashealth.com/women/salpingitis.asp .

Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta

Bagus Gde, Ida. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakara
http://en.wikipedia.org/wiki/Salpingitis

David, Ovedoff. 1995. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Bina Pura Aksara
T
aber, Benzion. 1995. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi. Jakarta : EGC

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset

Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC

1 komentar: