A.
Pengertian Adneksitis
Salpingo-ooforitis
atau Adneksitis adalah peradangan tuba falloppi dan ovarium yang biasanya
terjadi secara bersamaan.Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke
atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra
vagina lawat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya. Rasa nyeritersebut timbul karena disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan
peradangan distruktur tuba falopi dan
sekitarnya, bahkan sampai ovarium (indung
telur).Jenis-jenis bakteri yang menyebabkan rasa
nyeri tersebut sangatlah banyak,diantaranya adalah Baktery
Gonorrhea dan Bakteri Chlmydia.
B. Etiologi
Sebab-sebab paling
banyak terdapat yaitu pada infeksi gonorea, infeksi purpural, dan postbortum.
Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh
tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (
kerokan, laparatomi, pemasangan IUD dan sebagainya ) dan perluasan radang tidak
jauh dari alat yang letaknya tidak jauh dari appendiks.
C. Klasifikasi
1.
Salpingo-ooforitis
akut
Salpingo-ooforitis
akut disebabkan oleh gonorea sampai ke tuba sampai uterus melalui mukosa. Pada
endosalping tampak odem serta hyperemia
dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih utuh tapi pada
infeksi yang berat kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang dari daerah yang agak
luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini
terdapat eksudut purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan
menyebabkan peradangan disekitarnya ( peritonitis pelvika ).
Salpingitis akuta piogenik
banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic, akan tetapi
dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan, seperti Streptococcus (
aerobic dan anaerobic ), stafilococcus, E.coli, Klostridium welchii, dan
lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan
jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke
peritoneum pelvic.Di sini timbul salpingitis interstisialis akuta, mesosalping
dan dinding tuba menebal dan menunjukkaninfiltrasi leukosit tetapi mukosa
seringkali normal.Hali ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis
gonoroika, di mana radang terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering
terjadi penyumbatan lumen tuba.Dalam hubungan ini, dalam salpingitis piogenik
kemungkinan lebih besar bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Ovarium biasanya ikut dalam
salpingitis.Kadang-kadang ovarium tidak ikut meradang, sebaliknya biarpun
jarang bisa terjadi radang terbatas pada ovarium, bahlan bisa terjadi abses
ovarium.
2.
Salpingo-ooforitis
kronika
Dapat dibedakan
menjadi :
a. Hidrosalping.
Terdapat penutupan ostium tuba
abdominalis.Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan
cairan dengan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba.Hidrosalping dapat
berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping folikularis.Pada hidrosalping
simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping
folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan kecil.
b. Piosalping
Dalam stadium menahun merupakan kantong
dengan dinding tebal yang berisi nanah.Pada piosalping biasanya terdapat
perlekatan dengan jaringan di sekitarnya.
c. Salpingitis interstisial kronika
Pada salpingitis interstisial kronika
dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan
nanah sedikit-sedikit di tengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan
dengan jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus.
d. Kista tubo-ovarial,
pada kista tubo ovarial
Hidrosalping bersatu dengan kista folikel
ovarium, sedang pada abses tubo-ovarial
piosalping bersatu dengan abses ovarium.
e. Abses ovarial
Abses ovarium yang
terdapat sendiri, dari
stadium akut dapat memasuki stadium menahun.
f. Salpingitis tuberculosis
Bagian penting dari
tuberculosis genitalia.
D. Gejala
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa
didahului oleh gejala :
Panas
Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit
pinggang
Leukorea
Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
Penderita sering mengeluh dispareuni
Infertilitas
Disminorroe
Pada Adnexitis yang terjadi
berulang-ulang maka bias mempengaruhi fertilitas,karena liang tuba falopi rusak
dan tersumbat. Ada juga yang mengatakan AdnexitisBilateral yakni penyakit
infeksi pada organ reproduksi wanita sebelah kanan atau kiri,hal ini disebabkan
oleh bakteri atau virus yang masuk melalui saluran
vagina)
Gambaran
klinis salpingo-ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri di
sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat pada
kedua adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas
yang tidak jelas dan yang nyeri tekan.Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri
mendadak dan apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor
nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata. Suhu dan leukositosis juga
tidak seberapa tinggi.Ruptur tuba pada kehamian ektopik terganggu
disertai dengan gejala-gejala yangmendadak, sangat nyeri, dan anemi. Umumnya
peristiwa ini tidak menimbulkan banyak
kesukaran dalam diagnosis diferensial. Yang lebih sulit ialah
diagnosis abortus tuba.Umumnya pada abortus tuba suhu tidak naik atau hanya
naik sedikit, dan leukositosi juga tidak seberapa tinggi.
Gejala-gejala
salpingo-ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh
penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat di perut bagian
bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Umumnya
penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang
bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit
pinggang.Leukorea sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronika.Haid
umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur.Penderita
sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas, disminore dapat ditemukan
juga pada kasus ini.
E. Terapi
Jika
penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan
antibiotik dengan spektrum luas.Jika keadaan sudah tenang, dapat terapi
diatermi dalam beberapa hari dan penderita dinasihatkan agar tidak melakukan
pekerjaan yang berat-berat.Dengan terapi ini, biarpun sisa-sisa peradangan
masih ada, keluhan-keluhan penderita sering kali hilang atau sangat berkurang.Sudah
tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan
tidak dapat menghilang sama sekali.
Terapi
operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi untuk
terapi ini ialah:
Ã
Apabila
setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari
Ã
Apabila
tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang
Ã
Apabila
ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi diatermis
tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan hidrosalping, piosalping,
kista tuba ovarial dan sebagainya
Ã
Apabila
ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya
dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan
pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif
kadang-kadang mengalami kesukaran berhubungan dengan perlekatan yang erat
antara tuba/ovarium dengan uterus, omentum dan usus.Yang member harapan terbaik
untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi
dan salpingo ooforektomi bilateral.Akan tetapi hal ini hanya dapat dilakukan
oleh wanita yang mendekati masa menopause.Pada wanita lebih muda satu ovarium
untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan. Kadang-kadang uterus harus
ditinggalkan dan adneksa dengan kelainan
nyata yang diangkat. Jika operasi dilakukan atas infertilitas, maka
tujuannya adalah mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali.Perlu dipikirkan
kemungkinan diadakan IVF.
F. Diagnosa Differensial :
ü Appendicitis akut
ü Pielitis akut
ü Torsi adnexa
ü KET
G. Bagaimana pencegahan dari adneksitis
itu sendiri ??
ü Hindari Sex Bebas (Free Sex)
ü Mandi atau
bersihkan diri apabila anda ingin melakukan Hubungan Sexualdengan Suami anda,
ü Jangan melakukan hubungan
sexsual dengan suami anda secara kasar, yangbisa menyebabkan lecet dan infeksi pada vagina anda
H. Pencegahan
·
Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor
predisposisi infeksi nifas. Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang
karena memicu pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
·
Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang
menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang
dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan.
Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya
persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
·
Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita
yang sehat, pengunjun pada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang
berhubungan dengan genitalia harus suci hama
II.
Peritonitis
ANATOMI
Peritoneum adalah lapisan serosa yang
paling besar dan paling komleks yang terdapat dalam tubuh. Membran serosa
tersebut membentuk suatu kantung tertutup( coelom)
dengan batas-batas: dan lateral : permukaan bagian dalam dinding
abdomen, posterior : retroperitonium, inferior : struktur ekstraperitonial di
pelvis, superior : bagian bawah dari diafragma.
Peritoneum terbagi
atas peritoneum parietal dan visceral. Disini peritoneum sebagai penghubung
yaitu mesenterium , mesogastrim, mesocolon, mesosigmidem, mesosalphink.
A.
Pengertian peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi pada selaput rongga perut
(peritoneum) lapisan membran serosa rongga abdomen dan dinding perut
sebelah dalam.Peradangan ini merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya, apendisitis,
salpingitis), ruptur saluran
cerna atau dari luka tembus abdomen.
B.
Penyebab
peritonitis
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi
atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses
patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau
persisten sesudah terapi awal yang adekuat).Secara umum, infeksi pada abdomen
dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (lokal).Infeksi
peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang
mendasarinya.Penyebab utama
peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis(SBP)
akibat penyakit hati yang kronik.SBP terjadi bukan karena infeksi intra abdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat
penyakit hati kronik. Akibat
asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju
dinding perut atau pembuluh limfeme senterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran hematogen jika telah
terjadi bakteremia. Sekitar
10-30% pasien dengan sirosis dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini.
Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya
peritonitis dan abses. 90% kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba.
Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif,
yakni 40% Eschericiacoli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas,
Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram
positif, yakni Streptococcuspneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan
golongan Staphylococcussebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga ditemukan
mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung
infeksi campur beberapa mikroorganisme.Penyebab
lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi
apendisitis,perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat
divertikulitis,volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.
Peritonitis sekunder, bentuk
peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan olehperforasi atau nekrosis
(infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasibakteri rongga
peritoneal.Spektrum patogen infeksius tergantung penyebabasalnya.Berbeda dengan
SBP, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakterigram positif yang
berasal dari saluran cerna bagian atas.Pada pasien dengansupresi asam lambung
dalam waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gramnegatif.Kontaminasi kolon,
terutama dari bagian distal, dapat melepaskan ratusanbakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan mengandung
polimikroba,mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang didominasi
organismegram negatif.Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang
sudah mengalami SBP akanmengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien
ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis
peritonitis. Anamnesis yang lengkap,penilaian cairan peritoneal, dan
pemeriksaan diagnostik tambahan diperlukan untukmenegakkan diagnosis dan tata
laksana yang tepat untuk pasien seperti ini.
Peritonitis
tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelahmendapatkan
terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukanberasal dari
kelainan organ.Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul absesatau
flegmon, dengan atau tanpa fistula.Peritonitis tersier timbul lebih sering
adapasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yangimunokompromais.
Adapun
penyebab spesifik dari peritonitis adalah:
Ã
Penyebaran
infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkanperitonitis adalah perforasi lambung, usus,
kandung empedu atau usus buntu.Sebenarnya peritoneum sangat kebal
terhadap infeksi. Jika pemaparan tidakberlangsung
terus menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneumcenderung mengalami penyembuhan bila diobati.
Ã
Penyakit radang
panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual
Ã
Infeksi dari
rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman
(termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia)
Ã
Kelainan hati
atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites)dan mengalami infeksi
Ã
Peritonitis
dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandungempedu, ureter,
kandung kemih atau usus selama pembedahan dapatmemindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi
selamapembedahan
untuk menyambungkan bagian usus.
Ã
Dialisa
peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis.Penyebabnya
biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalamperut.
Ã
Iritasi tanpa
infeksi; Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) ataububuk bedak pada
sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
C.
Tanda dan gejala
Peritonitis
yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis : demam, perut
bawah nyeri, keadaan umum tetap baik, pada pelvioperitonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan, ibu dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan
dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis.
Tanda-tanda
peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien
yang sepsis bisa menjadi hipotermi, takikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maksimum ditempat
tertentu sebagai tempat infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk
menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum
D.
Diagnosa medik
Diagnosis
peritonitis biasanya ditegakkan
secara klinis dengan adanya nyeri abdomen
(akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum
parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi
lambung, duodenum, pankreatitis
akut yang berat, atau iskemia usus,nyeri
abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada
penderita dalam keadaan
imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran
(misalnyatrauma kranial,
ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik),penderita dengan
paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri
yang hebat di perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.Foto rontgen
diambil dalam posisi berbaring dan berdiri.Gas bebas yang terdapat dalam perut
dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi.
Kadang-kadang sebuah jarum digunakan untuk mengeluarkan cairan darirongga
perut, yang akan diperiksa di laboratorium, untuk mengidentifikasi kuman penyebab
infeksi dan memeriksa kepekaannya terhadap berbagai antibiotika.Pembedahan
eksplorasi merupakan teknik
diagnostik yang paling dapat dipercaya
E.
Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan
elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis.Beberapa liter larutan
isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena sejumlahbesar cairan dan
elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritonealdan menurunkan
cairan ke dalam ruang vaskuler.Analgesik diberikan untuk mengatasi
nyeri.Antiemetik dapat diberikan sebagaiterapi untuk mual dan muntah.Intubasi
usus dan pengisapan membantu dalammenghilangkan distensi abdomen dan
meningkatkan fungsi usus.Cairan dalamrongga abdomen dapat menyebabkan tekanan
yang membatasi ekspansi paru danmenyebabkan distress pernapasan. Terapi oksigen
dengan kanula nasal ataumasker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat,
tetapi kadang-kadangintubasi jalan napas dan bantuan ventilasi
diperlukan. Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan
memperbaikipenyebab.Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila
terdapatapendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki
pada ulkuspeptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase
pada abses.Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul
padawanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotik
yangtepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan.Akhir-akhir
ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihantindakan
nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif,namun
terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif disbanding
laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas
sehinggahasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan
lokalisasiperadangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan
inokulumperadangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman
III.
Salpingitis
A.
Pengertian Salpingitis
Salpingitis adalah
peradangan pada saluran tuba, dipicu
oleh infeksi bakteri. Salpingitis kadang-kadang disebut penyakit radang panggul
(PID). Ini istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem reproduksi wanita,
termasuk rahim dan ovarium. Hampir semua kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular
seksual seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang meminta tambahan sekresi
cairan atau bahkan nanah untuk mengumpulkan dalam tuba falopi. Infeksi dari
salah satu tabung biasanya menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri
bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.
Salpingitis adalah
salah satu penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita. Tanpa perawatan
yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur
setiap siklus menstruasi dilepaskan tidak dapat bertemu dengan sperma. Pilihan
pengobatan termasuk antibiotik.
Salpingitis biasanya dikategorikan sebagai baik akut atau kronis. Dalam
salpingitis akut, tuba falopii menjadi merah dan bengkak dan mengeluarkan
cairan ekstra sehingga dinding abgian dalam tabung sering tetap bersatu. Tabung
juga dapat tetap berpegang pada struktur terdekat seperti usus.
Kadang-kadang, tabung fallopi bisa mengisi dan mengasapi dengan nanah. Dalam kasus yang
jarang terjadi, pecah tabung dan menyebabkan infeksi berbahaya rongga perut
(peritonitis). Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut.
Infeksi ini lebih ringan, lebih tahan lama dan tidak mungkin menghasilkan
banyak gejala yang nyata.
B.
Klasifikasi
Salpingitis Akut:
Dalam salpingitis akut, saluran tuba menjadi merah dan bengkak,
dan cairan ekstra mengeluarkan sehingga dinding bagian dalam tabung sering tetap
bersatu.Tabung juga dapat tetap berpegang pada struktur terdekat seperti usus. Kadang-kadang,
tabung fallopi dapat mengisi dan mengasapi dngan nanah.Dalam kasus yang jarang terjadi,
tabung pecah dan menyebabkan infeksi berbahaya dari rongga perut (peritonitis).
Gejala
Salpingitis Akut:
Demam
Nyeri hebat
di bagian perut bawah
Nyeri perut
makin hebat saat batuk, bersin
Nyeri perut
makin hebat saat pipis, buang air besar
Salpingitis Kronis
Salpingitis Kronis : Biasa nyamengikuti gejala akut. Infeksi terjadi ringan, dalam waktu yang panjang dan tidak menunjukan banyak tanda dan gejala. (Prawirohardjo, 2007Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu
serangan akut. Infeksi ini lebih ringan, lebih tahan lama dan tidak dapat menghasilkan
gejala terlihat banyak.
Gejala salpingitis kronik
(menahun):
Sering nyeri perut bawah
Sering sakit punggung bawah
Nyerip adasaat berhubungan seksual
Nyeri pada saat buang air besar/kecil
Sering demam ringan
Saat menstruasi banyak darah yg keluar
Lamanya nyeri makin lama makinbertambah
Bau tidak sedapdari vagina
C.
Diagnosis salpingitis dilakukan dengan :
Pemeriksaan pelvis
Kultur swab cervix
Laparoscopy
Kultur swab darilaparoscopy
Dapat terjadi kesalahan diagnosis
salpingitis dengan beberapa penyakit yang memiliki gejala hampir sama seperti :
Ususbuntu
Hamildiluarkandungan
Radangpanggul
Salpingo-ooporitis
Septic abortion
Kistaovariumkoyak
Abses di tuba ovary
Degenerasileipmyoma
Diverticulitis
Cystitis
Tuberculoussalpingitis
Jenis umum dari bakteri
yang menyebabkan salpingitis adalah: Mycoplasma, Staphylococcus, dan Streptococcus.
Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore
dan klamidia
D.
Gejala Salpingitis
Dalam kasus lebih
ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini berarti saluran tuba
dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadarinya ia terinfeksi.
Gejala-gejala salpingitis
meliputi:
Nyeri abdomen di
kedua sisi
Sakit punggung
Sering buang air
kecil
Gejala-gejala
biasanya muncul setelah periode menstruasi
Demam tinggi dengan menggigil
Nyeri perut Abnormal discharge vagina, seperti warna
yang tidak biasa atau bau
Dismenorea
Tidak nyaman atau
hubungan seksual yang menyakitkan
kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan
Defense kanan dan kiri atas ligamen pourpart
Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi
rangsangan peritoneum
Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat
pada rektum dan sigmoid
Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri
kiri dan kanan yterus, kadang-kandang ada penebalan dari tuba.
Nyeri saat ovulasi
E.
Penyebab dan patofisiologi
Infeksi biasanya
berasal di vagina, dan naik ke tabung falopi dari sana. Karena infeksi dapat
menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada satu tabung fallopi
biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Paling
sering disebabkan oleh gonococcus, di samping itu oleh staphilokokus,
streptokokus dan bacteri tbc.
Infeksi ini dapat terjadi sebagai berikut :
Naik dari cavum
uteri
Menjalar dari alat
yang berdekatan sepert dari apendiks yang meradang Haematogen terutama
salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral.Bakteri dapat
diperkenalkan dalam berbagai cara, termasuk:
* Hubungan seksual
* Penyisipan sebuah
IUD (perangkat intra-uterus)
* Keguguran
* Aborsi
* Melahirkan
* Apendisitis
F.
Komplikasi
·
Infeksi indung telur dan rahim
·
Infeksi pada pasangan seks
·
Suatu abses pada ovarium
·
Infeksi lebih lanjut - infeksi bisa
menyebar ke struktur di dekatnya, seperti indung telur atau rahim.
·
Infeksi pada pasangan seks - pasangan
wanita atau mitra dapat kontrak bakteri dan terinfeksi juga.
·
Abses Tubo-ovarium - sekitar 15 persen
wanita dengan salpingitis mengembangkan abses, yang memerlukan rawat inap.
·
Kehamilan ektopik - tabung fallopi
diblokir mencegah telur dibuahi dari memasuki rahim. Embrio kemudian mulai
tumbuh di dalam ruang terbatas tabung falopi. Risiko kehamilan ektopik bagi
wanita dengan salpingitis sebelumnya atau bentuk lain penyakit radang panggul
(PID) adalah sekitar satu dari 20.
·
Infertilitas - tuba fallopi dapat
menjadi cacat atau bekas luka sedemikian rupa sehingga telur dan sperma tidak
dapat bertemu. Setelah satu bout dari salpingitis atau PID lainnya
Untuk rawat inap, perlu terpengaruh 20%. Mengenai pasien
yang berusia 15-44 tahun, 0,29 per 100.000 meninggal dari salpingitis. Namun,
salpingitis juga dapat menyebabkan infertilitas, karena telur dirilis pada
ovulasi tidak bisa kontak dengan sperma. Sekitar 75,000-225,000 kasus
infertilitas di Amerika Serikat disebabkan oleh salpingitis. Kali lagi satu
memiliki infeksi, semakin besar risiko infertilitas. Dengan satu episode
salpingitis, risiko infertilitas adalah 8-17%. Dengan 3 episode salpingitis,
risikonya 40-60%, walaupun risiko yang tepat tergantung pada tingkat keparahan
dari setiap episode. Selain itu, saluran telur yang rusak meningkatkan risiko kehamilan ektopik . Dengan
demikian, jika seseorang memiliki salpingitis, risiko kehamilan ektopik adalah
menjadi 7 - sampai 10 kali lipat lebih besar. Setengah dari kehamilan ektopik
adalah karena infeksi salpingitis.
G.
Diagnosis banding
Kehamilan ektopik, tidak ada demam, KED tidak tinggi, dan leokositose tidak
seberapa. Kalau test kehamilan positif, maka adneksitis dapat dikesampingkan,
tapi kalau negatif keduanya mungkin.
Apendiksitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi (Mc burney)
Salpingitis menjalar ke ovarium hingga terjadi oophoritis. Salpingitis dan
oophoritis diberi nama adneksitis.
H.
Gambaran Klinis
Nyeri perut bagian bawah, unilateral
atau bilateral
Kadang pendarahan diluar siklus dan
secret di vagina
Nyeri tekan di abdomen bagian bawah
disertai nyeri pergerakan serviks
I.
Penatalaksanaan
. PenangananSalpingitis:
Dirawat di rumah sakit
Diberi antibiotic
Antibiotic intravena
Drainase dengan pembedahan untuk mengeluarkan pus ataucairan
Pengangkatan tuba falopii
Antibiotik untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85% dari kasus. Perawatan di
rumah sakit memberikan obat antibiotic melalui intravena
(infuse).
Pembedahan dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic menyebabkan terjadinya
resistan pada bakteri (Prawirohardjo, 2007).
Berobat jalan, Jika keadaan umum baik, tidak demam. Berikan
antibiotic : Cefotaksitim 2 gr IM atau amoksisilin 3 gr peroral atau ampisilin
3,5 per os atau prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat.
Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os, diikuti dengan
dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari serta tetrasiklin
500 mg per os 4 kali sehari (dekoksisilin dan tetrasiklin tidak digunakan untuk
ibu hamil).
Tirah baring
Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan
memburuk.
Rawat inap : Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam
jiwa ibu.
Untuk menekan kerusakan permanen pada anatomi
dan fungsi tuba, pasien dengan salpingitis akut harus diterapi secepat mungkin
dan agresif dengan regimen antibiotika yang sesuai. Lakukan kultur terlebih
dahulu, tetapi ketahuilah terdapat korelasi yang buruk antara organisme yang
ditemukan dari kultur serviks dan yang terdapat serta aktif di dalam tuba.
Salpingitis seringkali ditemukan berkaitan dengan organisme polimikroba aerobik
dan anaerobik, kemungkinan sebagai patogen sekunder. Pemilihan antibiotik harus
melihat hal tersebut. Diskusikan kemungkinan masalah yang terjadi di masa
mendatang seperti infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri pelvis kronis,
rekurensi, dan pembentukan abses dengan tujuan memberitahukan pasien bahwa ia
sangat berperan mengenai keadaannya dan prognosisnya. Dengan cara ini, pasien
dapat melakukan tindakan untuk menghindarkan infeksi ulang dan mengetahui serta
sadar tentang kemungkinan komplikasi.
Pasien yang menderita salpingitis periodik
akhirnya akan timbul kerusakan juga yang tidak dapat diperbaiki lagi dengan
penutupan bagian distal dan proksimalnya, sehingga menyebabkan hidrosalping,
piosalping, atau abses tubo-ovarium. Pasien perlu diberitahu mengenai
keuntungan abstinensia seksual sebagai cara untuk membantu mengoptimalkan
penyembuhan atau penggunaan kontrasepsi barier untuk menekan resiko infeksi
ulang. Nyeri pelvis yang kronis terutama jika disertai dengan piosalping
rekuren, memerlukan intervensi bedah untuk mengangkat organ yang rusak. Waktu
yang terbaik untuk pembedahan adalah saat proses inflamasi menghilang secara
maksimal di antara rekurensi.
J.
Faktor Resiko
Usia
Angka usia spesifik lebih tinggi pada
remaja wanita anatar usia 15 sampai 19 tahun.
Jumlah pasanan
seksual
Wanita dengan banyak pasangan 4,6 kali
cenderung lebih banyak terkena PID.
Pasien PID sebelumnya
Pasien dengan PID 2,5 kali cenderung
lebih banyak memiliki riwayat PID sebelumnya dari pasien tanpa PID.
Remaja
Melakukan hubungan seksual pada usia muda
Gonore pria
Pria yang tidak diobati merupakan sumber infeksi berulang
dan infeksi baru.
Faktor sosioekonomi yang rendah
K.
Komplikasi
Di antara sebab-sebab
yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorea dan infeksi puerperal dan
post abortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh teberkulosis. Selanjutnya
bias timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (kerokan, laparatomi,
pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya
tidak jauh seperti appendiks.
Penanganan yang tidak serius,
salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi meliputi :
1. Kehamilan ektopik.
2. Infeksi yang terjadi didaerah terdekat
dengan tuba fallopi, seperti ovarium atau uterus.
3. Infertilitas.
4. Menginfeksi orang yang diajak berhubungan
seksual.
L.
Tes Diagnostik
Pemeriksaan umum : Suhu biasanya meningkat, Tekanan
darah normal, Denyut nadi cepat
Pemeriksaan abdomen :
Nyeri perut bawah,
Nyeri lepas, Rigiditas
otot, Bising usus menurun, Distensi abdomen
Pemeriksaan inspekulo : Tampak
sekret purulen di ostium serviks
Pemeriksaan laboratorium : Leukosit cenderung meningkat. Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara cermat untuk
membantu membedakan diantara beberapa keadaan yang berbeda yang diwakili oleh
gambaran klinis. Tentukan dengan pemeriksaan abdomen apakah terdapat
tanda-tanda peritonitis, termasuk difans muskular (infoluntary guarding), nyeri
langsung, nyeri alih, dan nyeri lepas, tanda psoas yang positif, dan nyeri pada
sudut kostovertebral. Lakukan pemeriksaan pelvis yang cermat dan hati-hati,
termasuk pemeriksaan bimanual palpasi rektal dan vaginal, carilah informasi
untuk mendapatkan lokasi yang tepat dan sifat proses penyakit, catatlah adanya
rasa sakit pada palpasi juga dengan menggerakkam serviks ke satu sisi atau sisi
lainnya. Tentukan adanya massa atau penebalan adneksa. Jika ditemukan massa dan
konfirmasikan melalui pemeriksaan ultrasonografi, pasien harus diperiksa untuk
abses tubo-ovarium dan ditangani dengan tepat.
Lakukan usaha untuk menunjukkan penyebab nyeri pelvis tentukan
apakah polanya rekuren, progresif dan berhubungan dengan menstruasi, misalnya,
sebagai kemungkinan tanda endometriosis, atau akut, intermiten dan disertai
dengan nyeri pinggang dan disuria, yang menggambarkan pielitis, atau
urolitiasis. Mungkin sulit untuk membedakan pielonefritis dari salpingitis
karena dapat terjadi iritasi uriter jika tuba yang mengalami inflamasi terletak
(atau menempel) pada tepi posterior ligamentum latum dimana menyilang uriter.
Carilah penjelasan laboratories dengan melakukan sekurangnya hitung darah
lengkap, hitung diferensial, laju endap darah, dan urinalisis. Ingatlah bahwa
beberapa proses peradangan noninfeksius, seperti nekrosis jaringan avaskular
yang berhubungan dengan torsio atau infark adneksa, dapat menyebabkan efek
sistemik yang diketahui dari likositosis, pergeseran hitung diferensial, dan
peningkatan laju endap darah. Ingatlah juga bahwa petanda laboratorium untuk
infeksi dapat timbul lebih lambat pada kasus salpingitis; petanda tersebut
dapat timbul beberapa jam setelah gejala klinis (bahkan beberapa hari),
sehingga memberikan banyak keraguan. Konsentrasi serum C-protein fase akut
seringkali sangat menolong dalam keadaan ini. Perubahan menstruasi, tanda-tanda
yang mengarahkan pada kehamilan, nyeri bahu, atau tenesmus memerlukan
pertimbangan yang serius adanya kehamilan ektopik. Lakukan tes kehamilan, lebih
disukai pengukuran human chronic gonadotropin (hCG)
subunit-beta, dan pemeriksaan ultrasonografi jelas diperlukan pada keadaan ini.
IV.
Pelviksitis
A.
Pengertian pelviksitis
Penyakit radang
panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul.Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
B.
Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran
genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim.Butuh waktu
dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N.
Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis
yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut.Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat
memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang
baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
C.
Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di
bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal
ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan
seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.
Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim).
Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks
(seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang
tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
Faktor risiko lainnya adalah:
Riwayat penyakit radang panggul
sebelumnya
Pasangan seksual berganti-ganti,
atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
Wanita dengan infeksi oleh kuman
penyebab PMS
Menggunakan douche (cairan pembersih
vagina) beberapa kali dalam sebulan
Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan
risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral
dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam
saluran reproduksi sebelumnya.
D.
Tanda dan gejala
Diagnosis penyakit radang panggul akut ditegakkan dari
anamnesis dan pemeriksaan.Dari anamnesis didapatkan demam tinggi, sakit kepala,
malaise, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, sekret vagina yang
purulens, dan sering terjadi setalah haid, riwayat pemakaian AKDR.
Gejala paling sering dialami adalah
nyeri pada perut dan panggul.Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus,
terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan
gerakan, aktivitas, atau sanggama.Nyeri karena radang panggul biasanya kurang
dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami
gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau
bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit
kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah
panggul, dan sekret vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan mempengaruhi tuba
fallopii. Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan terisi cairan.Sebagai
akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur
dan kemandulan.Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara
organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium
panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).Jika abses pecah dan nanah
masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami
syok.Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga
terjadi sepsis.
E.
Klasifikasi pelviksitis
Klasifikasi pelviksitis antara lain :
1.
Penyakit radang panggul akut
Diagnosis penyakit radang panggul akut ditegakkan dari
anamnesis dan pemeriksaan.Dari anamnesis di dapatkan demam tinggi, sakit
kepala, malaise, nyeri perut bagian bawah, dan daerah panggul, sekret vagina
yang purulens, dan sering terjadi setelah haid, riwayat pemakaian AKDR.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan perut bagian bawah
, nyeri tekan dan nyeri goyang genetalia interna (unilateral dan bilateral),
mungkin pula teraba massa dengan fluktuasi, ada kenaikian suhu.
2.
Penyakit radang panggul rekurens atau kronik
Penyakit radang panggul dikatakan rekurens bila terjadi
reinfeksi yang sifatnya akut dan kronik bila relatif asimtomatik atau terdapat
nyeri panggul kronik selama lebih dari 6 bulan.
Dari anamnesis, penyakit radang panggul rekurens atau kronik
ditegakkan denganadanya perdarahan, dismenore, riwayat adneksitis akut atau
infeksi panggul lainnya, infeksi pascapersalinan atupun pascaabortus,
dispareuni, dan infertilitas. Cari kelainan saluran cerna (konstipasi, diare),
muskuloskeletal (trauma, eksaserbasi dengan perubahan posisi), dan urologi
(urgensi, nokturia, disuria). Sedangkan dari pemeriksaan dapat ditemukan
subfebris, takikardi, nyeri goyang genetalia interna dan dapat teraba massa
pada daerah adneksa ataupun parametrium, terdapat kaku di daerah adneksa,
mungkin pula teraba massa.
F.
Diagnosa Pelviksitis
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari
pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainya dilakukan:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan cairan dari serviks
Kuldosintesi
Laparaskopi
USG panggul
G.
Komplikasi
Komplikasi penyakit radang panggul adalah sebagai berikut :
Infretilitas
nyeri pelvis kronis.
H.
Pencegahan pelviksitis
Pencegahan PID tergantung pertama pengawasan infeksi
gonokokus dan klamidial yang efektif. Metode yang efektif meliputi
penyuluhan perubahan perilaku seksual dan penggunaan kontrasepsi penghalang sementara
menyediakan metode pemeriksaan yang modern untuk menegakan diagnosis dan
memberikan pengobatan yang efektif terhadap mitra seksual untuk mengendalikan
penyebaran yang lebih jauh.Penurunan popularitas alat dalam rahim, terutama
pada perempuan yang belum pernah melahirkan, tidak diragukan lagi dapat
menolong menurunkan insidensi PID.Juga mungkin, tapi belum terbukti, bahwa
penggunaan kontrasepsi oral dan penghindaran pencucian vagina dapat mengurangi
PID.
Komplikasi salvingitis dapat diperkecil diagnosi dan
pengobatan awal secara dini.Tampaknya masuk akal, tetapi belum terbukti, bahwa
terapi spectrum lebar yang efektif melawan semua penyebab PID. Yang umum akan
memberikan hasil terbaik. Demikian juga, perawatan dirumah sakit untuk menjamin
istirahat dan ketaatan yang memadai dapat memperbaiki prognosis funsi tuba
jangka panjang yang buruk.Sebuah penelitian dengan pembanding placebo
menunjukan bahwa memberikan terapi bersama dengan obat anti radang seperti
prednisolon mempercapat penurunan peradangan akut tapi tidak memperbaiki hasil
akhir yang diukur dengan fertilitas, penemuan histerosalpingodrafi, atau nyeri
kronik. Namun, nilai potensial terapi anti radang masih harus dievaluasi lebih
jauh
DAFTAR
PUSTAKA
Syafudin.
2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: ECG
MamasHealth.com..
http://www.mamashealth.com/women/salpingitis.asp .
Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta
Bagus Gde, Ida. 1999. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakara
http://en.wikipedia.org/wiki/Salpingitis
David, Ovedoff. 1995. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Bina Pura Aksara
T
aber, Benzion. 1995. Kapita Selekta
Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi. Jakarta : EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit
Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi.
Bandung : Elstar offset
Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku
Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC
terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...
BalasHapus