Virus
hepatitis B dikaitkan dengan partikel-partikel seperti virus yang jumlahnya
amat besar yang ditemukan dalam darah orang yang terinfeksi maupun penular yang
tidak menunjukan gejala. Partikel yang menyerupai virus in mula-mula diitemukan
di dalam serum seorang aborigin Australia oleh Baruch S. Blumberg dan
rekan-rekannya dan sampai baru-baru
ini disebut antigen Australia. Antigen ini mempunyai tiga bentuk morfologi.
Bentuk yang menonjol ialah partikel seperti bola dengan diameter rata-rata 22
nm, juga ditemukan filament atau partikel berbentuk tabung dengan bentuk tabung
dengan diameter 22 nm dengan panjang berbeda-beda, bentuk ketiga ialah partikel
ialah partikel seperti bola berdiameter 42 nm dengan morfologi yang rumit.
Partikel yang lebih kecil yaitu berukuran 22 nm tidak mengandung asam nukleat
dan diperkirakan mempunyai protein selubung virus yang berlebih. Mereka ini
mempunyai antigen permukaan yang disebut HBsAg. partikel 42 nm ini (mula-mula
disebut partikel Dane) merupakan virus utuh. Partikel ini mempunyai antigen DNA
beratusan ganda di sebelah dalam dan sekurang-kurangnya dua antigen, yaitu
HBsAg dan antigen yang disebut HBcAg yang dijumpai di dalam inti virus.
Masa
inkubasi hepatitis B lebih lama daripda hepatitis A.Gejala-gejalanya sama
dengan gejala hepatitis A, tetapi timbulnya lebih bertahap. Pada kebanyakan
kasus, virus menghilang dari dalam darah bila fungsi hati kembali normal.
Tetapi, pada 10 sampai 30 persen kasus, partikel-partikel yang menyerupai virus
itu dapat ditemukan dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
setelah sembuh. Kasus-kasus semacam ini menjadi penular, dan diperkirakan ada
lebih dari 100 juta pembawa hepatitis B di dunia ini. Inilah sebabnya semua
pendonor darah kini diperiksa secara rutin untuk melihat ada tidaknya HBsAg.
Namun transfusi darah bukanlah satu-atunya cara penyebaran virus ini.
Kebanyakan infeksi hepatitis B terjadi melalui penggunaan jarum dan alat suntik
tercemar, darah dan produk-produk darah serta unit-unit hemodialisis dan
ginjal. Pecandu obat, penderita dialysis, dan orang-orang yang menerima
produk-produk darah adalah yang paling peka terghadap infeksi. Orang-orang lain
yang mudah terkenai mencakup petugas kesehatan, seperti perawat, dokter,
laboran, dan dokter gigi yang seringkali berhubungan dengan orang-orang yang
mengidap hepatitis. Rute tinja-mulut, rute pernapasan, dan vector serangga juga
merupakan cara lain bagi penularan hepatitis B.
Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang
tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun.
Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya
menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran
cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara
lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi
darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi,
handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan
tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena
penyakit ini.
1.
Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B
yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang
putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak
tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih
beresiko.
2.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian
diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa
ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B,
yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;
- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida
analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun
anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk
itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
- Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian
secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini
diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat
ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme
hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan
stabil.
b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel
radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa
merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama
cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping
pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat
depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat
letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian paracetamol.
Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit
Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko
tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik
(ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan
mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.
Penularan
Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus
hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya
terjadi diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama,
atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa
menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa
ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur
Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis
menahun, sirosis dan kanker hati.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis
Deskripsi
Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B Rekombinan adalah vaksin virus
rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari
HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan
teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi berwarna putih yang
diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gene HBsAg,yang dimurnikan
dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse,
kromatografi
kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.
Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan
oleh virus Hepatitis B, tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus
lain seperti virus Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang diketahui
dapat menginfeksi hati. Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan
terutama untuk orang-orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus
Hepatitis B termasuk:
1.Petugas kesehatan :
dokter, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat, perawat
gigi, ahli kebersihan gigi, petugas paramedis yang kontak dengan pasien, staf
unit hemodialisis, hematologi dan onkologi, petugas laboratorium yang menangani
darah dan sampel klinis lain, petugas pemakaman dan kamar mayat, petugas bank
darah dan fraksinasi plasma, ahli siropodis, petugas kebersihan yang menangani
pembuangan, petugas gawat darurat dan petugas ambulans.
2. Pasien :
Pasien yang
sering menerima transfusi darah dan produk darah lainnya seperti pada unit
hemodialisa dan onkologi, penderita thallasemia, sickle-cell anaemia, sirosis
dan haemofilia, dll.
3. Petugas
lembaga ;
Orang yang
sering kontak dengan kelompok beresiko tinggi : narapidana dan petugas penjara,
petugas di lembaga untuk penderita gangguan mental.
4. Orang yang
beresiko tinggi karena aktivitas seksualnya :
Orang yang berhubungan
seks secara berganti-ganti pasangan, orang yang
terkena penyakit kelamin, homoseks, kaum tuna susila.
5.
Penyalahgunaan obat suntik
6. Orang dalam
perjalanan ke daerah endemisitas tinggi
7. Keluarga yang
kontak dengan penderita Hepatitis B akut atau kronik.
8. Bayi yang
lahir dari ibu pengidap (carrier)
Komposisi
Setiap
1 ml vaksin mengandung HBsAg 20 mcg yang teradsorpsi pada Aluminium
hidroksida 0,5 mg.
Setiap
0,5 ml vaksin mengandung HBsAg 10 mcg yang teradsorbsi pada Aluminium
hidroksida 0,25 mg.
Seluruh
formulasi mengandung Thimerosal 0,01w/v% sebagai pengawet.
Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin Hepatitis B disuntikkan secara intramuskuler,
jangan disuntikkan secara intravena atau intradermal.
Dosis untuk Dewasa
(> 10 tahun) 1,0 ml, sedangkan
dosis untuk bayi/anak
(< 10 tahun ) 0,5 ml. Pada Anak/Dewasa > 1 tahun sebaiknya
disuntikkan pada otot deltoid, sedangkan pada bayi sebaiknya pada anterolateral
paha. Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan secara subkutan
khusus pada pasien yang mempunyai kecenderungan perdarahan berat (seperti
hemofili).
Vaksin harus dikocok dahulu sebelum digunakan.
Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan
jadual 0-1-6 bulan. Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi
dasar.
Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan serempak
dengan Hepatitis B immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga
dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV dengan menggunakan jarum
suntik dan lokasi penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan mengganggu respon
imun terhadap vaksin-vaksin tersebut.
Efek
samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah 2 hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit
kepala, mual, pusing dan rasa lelah belum dapat dibuktikan disebabkan oleh
pemberian vaksin.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti
vaksin-vaksin lain, vaksin Hepatitis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada
penderita infeksi berat yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi dapat diberikan
kepada penderita infeksi ringan.
Penyimpanan
dan Daluarsa
Vaksin harus disimpan pada suhu 2O-8OC .
Daluarsa : 26
bulan
Peringatan
dan Perhatian
• Efek antigen
terhadap janin belum diketahui dan karena itu vaksinasi terhadap wanita hamil
tidak direkomendasikan, kecuali pada keadaan resiko tinggi
• Epinephrine sebaiknya selalu tersedia untuk
penanganan reaksi anafilaktik
• Mengingat masa
inkubasi virus Hepatitis
B panjang ada kemungkinan terjadi infeksi yang tidak
diketahui pada saat vaksinasi.
• Jangan
diberikan pada daerah gluteal atau intra-dermal karena tidak akan memberikan
respon imun yang optimal, dan jangan diberikan secara intravena.
• Pada pasien
dialisis dan orang yang mempunyai kelemahan sistem imun, respon antibodi
mungkin tidak cukup setelah vaksinasi dasar, karena itu perlu diberikan
vaksinasi ulang.
Hepatitis B
Jangkauan Persoalan
Sekitar satu per tiga
dari populasi dunia pernah terpapar pada suatu waktu pada virus hepatitis B
(HBV). Selain itu, hampir 350 juta individu-individu diseluruh dunia terinfeksi
secara kronis (durasi yang lama) dengan virus ini. Sebagai akibatnya, komplikasi-komplikasi
dari infeksi virus hepatitis B menjurus pada dua juta kematian-kematian setiap
tahunnya.
Menurut angka-angka dari Centers for Disease Control
(CDC), 140,000 sampai 320,000 kasusu-kasus akut (durasi yang pendek) hepatitis
B (infeksi hati dengan virus hepatitis) terjadi setiap tahun di Amerika. Hanya
kira-kira 50% dari orang-orang dengan hepatitis B akut, bagaimanapun, mempunyai
gejala-gejala (adalah simptomatik). Diantara pasien-pasien yang simptomatik
(symptomatic), 8,400 sampai 19,000 orang-orang diopname dan 140 sampai 320
meninggal setiap tahun di Amerika. Pada dekade yang lalu, bagaimanapun, suatu
penurunan yang lebih dari 70% dalam kejadian hepatitis B akut telah terjadi di
Amerika. Penurunan ini mungkin berkaitan dengan kesadaran publik yang meninggi
pada HIV dan AIDS dan praktek-praktek seksual yang lebih aman yang
diakibatkannya. (Hepatitis Virus B dan HIV disebarkan dalam suatu cara yang
hampir sama). Pada saat ini, kejadian-kejadian hepatitis B akut yang paling
tinggi adalah diantara dewasa-dewasa muda, terutama orang-orang hitam dan
orang-orang hispanik, antara umur 20 dan 30 tahun.
Kebanyakan dewasa-dewasa (lebih besar dari 95%)
dengan hepatitis B akut akan sembuh sepenuhnya. Sebagai akibatnya, mereka akan
menjadi imun (terlindung dari) terhadap suatu infeksi virus hepatitis B masa
depan. Berlawanan dengannya, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang terinfeksi
dengan virus hepatitis B akut akan menjadi terinfeksi kronis dengan virus.
Jadi, di Amerika, suatu perkiraan dari 1 sampai 1.25 juta orang-orang
terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Lebih jauh, 5,000 sampai 6,000
orang-orang meninggal setiap tahun dari penyakit hati virus hepatitis B kronis
dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati (hepatocellular carcinoma)
primer (berasal dari hati).
Pada
beberapa bagian-bagian dunia, infeksi virus hepatitis B adalah selalu hadir (endemic)
dalam populasinya. Contohnya, di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara, sebanyak
15 sampai 20% dari dewasa-dewasa terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Di
Amerika, angka-angka sebegitu tinggi dari infeksi-infeksi kronis terlihat hanya
diantara kelompok-kelompok etnik spesifik yang tertentu. Kelompok-kelompok ini
termasuk pribumi-pribumi Alaska, orang-orang kepulauan Pasifik, dan bayi-bayi dari
ibu-ibu imigran (pendatang) generasi pertama dari negara-negara dengan
angka-angka infeksi virus hepatitis B yang tinggi.
Hepatitis
B bisa ditularkan dengan perantaraan darah penderita. Jika darah penderita
tercecer dan dibiarkan selama tiga bulan, misalnya, maka setelah diperiksa
ternyata virus tersebut masih ada. Kondisi ini ditularkan dengan cara transfusi
darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian, serta hubungan seks tanpa
alat pengaman.
Jika
dibiarkan, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi lebih jauh, berupa fibrosis
dan sirosis atau kanker hati. ''Masalahnya, gejala penyakit ini sering kali
tidak nampak dengan jelas. Pada orang dewasa, gejala umumnya seperti orang
terkena flu yaitu pusing, demam, pilek, dan sebagainya. Selain itu ada juga
menunjukkan gejala kuning. Untuk memastikannya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium berupa uji HBSAg dan HVDNA
HbsAg timbul dalam darah enam minggu setelah
infeksi dan menghilang setelah tiga bulan. Bila persisten lebih dari enam bulan
didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk
menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi
dengan virus lain.
Anti-HBs timbul setelah tiga bulan terinfeksi dan menetap. Kadar Anti-HBs jarang mencapai kadar tinggi dan pada 10-15% pasien dengan Hepatitis B akut tidak pernah terbentuk antibodi. Anti HBs diinterpretasikan sebagai kebal atau dalam masa penyembuhan. Dulu, diperkirakan HBsAg dan anti HBs tidak mungkin dijumpai bersama-sama, namun ternyata sepertiga carrier HBsAg juga memiliki HBsAntibodi. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi simultan dengan sub-tipe yang berbeda.
HbeAg berkorelasi dengan sintesis virus yang tengah berjalan dan infeksius. Pada masa akut HBeAg dapat muncul transient, lebih pendek daripada HBsAg. Bila persisten lebih dari sepuluh minggu pasien masuk dalam keadaan kronik.
Anti-Hbe adalah suatu pertanda infektivitas relatif yang rendah. Munculnya anti-HBe merupakan bukti kuat bahwa pasien akan sembuh dengan baik.
HbcAg tidak dapat dideteksi dalam sirkulasi darah, tetapi antibodinya (antiHBc) bisa. IgM antiHBc menunjukkan hepatitis virus akut. Antibodi ini dideteksi setelah HBsAg menghilang dari serum pada 5-6% kasus hepatitis B akut. IgM anti-HBc yang persisten menunjukkan penyakit kronik virus B, biasanya kronik aktif hepatitis. Titer rendah IgG anti-HBc dengan anti-HBs menunjukkan infeksi hepatitis B di masa lampau. Titer tinggi IgG anti-HBc tanpa anti-HBs menunjukkan infeksi virus persisten.
Anti-HBs timbul setelah tiga bulan terinfeksi dan menetap. Kadar Anti-HBs jarang mencapai kadar tinggi dan pada 10-15% pasien dengan Hepatitis B akut tidak pernah terbentuk antibodi. Anti HBs diinterpretasikan sebagai kebal atau dalam masa penyembuhan. Dulu, diperkirakan HBsAg dan anti HBs tidak mungkin dijumpai bersama-sama, namun ternyata sepertiga carrier HBsAg juga memiliki HBsAntibodi. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi simultan dengan sub-tipe yang berbeda.
HbeAg berkorelasi dengan sintesis virus yang tengah berjalan dan infeksius. Pada masa akut HBeAg dapat muncul transient, lebih pendek daripada HBsAg. Bila persisten lebih dari sepuluh minggu pasien masuk dalam keadaan kronik.
Anti-Hbe adalah suatu pertanda infektivitas relatif yang rendah. Munculnya anti-HBe merupakan bukti kuat bahwa pasien akan sembuh dengan baik.
HbcAg tidak dapat dideteksi dalam sirkulasi darah, tetapi antibodinya (antiHBc) bisa. IgM antiHBc menunjukkan hepatitis virus akut. Antibodi ini dideteksi setelah HBsAg menghilang dari serum pada 5-6% kasus hepatitis B akut. IgM anti-HBc yang persisten menunjukkan penyakit kronik virus B, biasanya kronik aktif hepatitis. Titer rendah IgG anti-HBc dengan anti-HBs menunjukkan infeksi hepatitis B di masa lampau. Titer tinggi IgG anti-HBc tanpa anti-HBs menunjukkan infeksi virus persisten.
HBV-DNA adalah petanda yang paling sensitif
untuk replikasi virus. Metode yang digunakan sudah beraneka ragam. Metode yang
digunakan adalah polymerase chain reaction (PCR). Satu genom viruspun dapat dideteksi.
Bahkan HBV-DNA dapat dijumpai pada serum dan hati setelah HBsAg menghilang,
khususnya pada pasien dengan terapi anti-viral. HBV-DNA serum merupakan
indikator yang baik untuk kadar viremia, dan pada beberapa penelitian
berkorelasi dengan kadar transaminase serum serta paralel dengan HBsAg.
PEMERIKSAAN
HEPATITIS B
Untuk mendeteksi adanya penyakit hepatitis, perlu dilakukan
serangkaian tes fungsi hati yang sifatnya enzimatik (menguji kadar enzim),
yaitu :
- Enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati, antara lain SGOT, SGPT, GLDH dan LDH
- Enzim yang berhubungan dengan adanya penanda adanya sumbatan pada kantung empedu, yaitu Gamma GT dan alkali fosfatase
- Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati, yaitu kolinesterase.
Jika serangkaian tes enzimatik tersebut menandakan adanya
gangguan pada hati, dan dari diagnosa dicurigai adanya hepatitis, maka
pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan serologi (sel), yaitu pemeriksaan
HBsAg, HBeAg, antiHBe dan HBV DNA.
HBsAg dan HBeAg keduanya adalah antigen (pasangan antibodi).
Fungsi pemeriksaan HbsAg adalah untuk mengetahui apakah pasien merupakan
penderita hepatitis B, yang ditandai dengan HBsAg positif, sedangkan fungsi
pemeriksaan HBeAg adalah untuk mengetahui apakah adanya replika virus dalam
hepatosit (sel hati). HBeAg berkaitan erat dengan HBV DNA, yaitu DNA virus Hepatitis
B. Pada beberapa kasus, ada yang nilai HBeAg-nya negatif namun bukan pertanda
mutlak bahwa yang bersangkutan tidak memiliki virus, misalnya pada penderita
Hepatitis B yang mengalami mutasi.
Jika pada pemeriksaan selama lebih dari 6 bulan
berturut-turut pasien memiliki HBsAg positif, maka pasien dikategorikan
penderita hepatitis B kronis. Dan jika pada pemeriksaan muncul antibodi HBs
atau anti-HBs, maka artinya pasien sedang dalam masa penyembuhan infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar